Kenaikan harga daging sapi yang cukup signifikan memunculkan permasalahan yang cukup rumit di tengah-tengah masyarakat. Masyarakat mengalami kesulitan untuk memperoleh sumber protein dimulai dari harga daging semakin naik. Akibatnya para pedagang menjadi resah karena semakin berkurang masyarakat yang membeli daging sapi.Bahkan persoalan semakin pelik karena para peternak berpotensi besar untuk memotong sapi perah yang selama ini menjadi sumber susu karena harganya sedang tinggi. Kasus seperti ini pernah terjadi di sebuah Koperasi di Kabupaten Bandung, akibat penjualan sapi perah membuat produksi susu menurun dari 140 ton menjadi 80 ton per hari.
Seorang pedagang daging di Pasar Bulu, Semarang mengatakan tingginya harga daging sapi membuat pembeli mengurangi belanjanya. Yang biasanya berbelanja dua kilogram daging sekarang menjadi satu kilogram daging.
Pedagang sapi keliling di Jawa Timur mengatakan harga daging yang masih berkisar Rp. 95.000 – Rp. 110.000 per kilogram, telah membuat para pembelinya berkurang. Harga yang cukup tinggi mengakibatkan peternak menahan penjualan sapi dan menunggu Idul Adha untuk menjual sapinya dengan kemungkinan harga yang lebih tinggi.
Namun menurut Ketua Forum Peternak Sapi Jawa Timur, Purnomo, mengatakan keputusan menahan untuk menjual sapi dilakukan, karena tahun lalu mereka sulit mendapatkan bibit sapi untuk dibesarkan. Karena terjadi harga yang melonjak dari Rp6 juta per ekor menjadi Rp9 juta per ekor.
Karena sulitnya mendapatkan daging sapi dan tidak adanya kepastian harga menimbulkan para pedagang daging di Bandung, Jakarta dan Bogor bahkan secara nasional mogok berjualan pada hari Minggu (9/8).
Yang tercatat menyelenggarakan aksi mogok di daerah Bogor adalah Pasar Anyar (Kebon Kembang), lapak-lapak di luar Pasar Anyar, Pasar Baru Bogor, Pasar Jambu Dua dan Pasar Merdeka Bogor. Sedangkan di Jakarta adalah di Pasar Minggu dan Pasar Kramat Jati. Di Bandung terdapat Pasar Kiaraconding dan Pasar Kordon Buah Batu para pedagang daging juga mogok.
Menurut informasi, rencana aksi mogok akan berlangsung hingga tiga hari kedepan apabila tidak ada solusi dari pemerintah. Hal ini juga menyebabkan para Pemerintah daerah bergerak cepat melakukan langkah-langkah untuk mencegah kelangkaan daging akibat aksi mogok para pedagang tersebut.
“Saya segera berkoordinasi dengan Dinas Pertanian, menelusuri apa kendala yang terjadi dan menyebabkan pedagang daging mogok berjualan,” kata Sekretaris Daerah Kota Bogor Ade Sarip Hidayat.
Pemerintah Kota Bogor akan mencari tahu gejala apa yang terjadi dan langkah antisipasi apa yang akan dilakukan apabila gejala terjadi hanya di daerah tersebut saja.
Seyoganya kondisi ini membuat sejumlah warga kebingungan, terutama pedagang warung nasi dan restoran padang yang kehabisan stok daging untuk membuat rendang, daging cincang dan bakso. Kondisi ini perlu ditangani segera oleh pemerintah pusat berkoordinasi dengan pemerintah daerah, sehingga ada solusi cepat yang dapat kembali menenangkan pasar.